Jumat, 18 Maret 2011

 CERPEN ==>>  TANDA CINTA...

Anggi menatap Leya tajam.seperti tersangka pembunuhan, Anggi terus menatapnya.
“Ley, lo sebenernya pacaran nggak sih sama jeddy?”
“ya pacaran dong! Pertanyaan lo aneh banget.Kita udah jadian dua tahun malah.”
“kok aneh banget,sih? Masa orang pacaran, kalo nongkrong di café nggak ngobrol? Kalian justru sibuk sama urusan masing-masing. Lo baca novel sedangkan Jeddy malah asik main game di hp. Gaya pacaran kalian aneh,” protes anggi.
“Emang kita nggak boleh gitu? Sah-sah aja kan, Nggi? Gaya pacaran tiap orang kan beda,” Leya mencoba membela diri.
“Tapi kesannya, kalian kurang nunjukkin rasa saying kalian. Masa setiap ke café, Jeddy gak pernah belai-belai rambut lo? Dia juga nggak pernah nyium pipi lo, kan? Mana buktinya kalau Jeddy saying dan cinta sama lo? Nunjukkin tanda cinta itu penting lho, Ley.”
“Gue nggak peduli, ah. Pokoknya gaya pcaran gue sama Jeddy, ya seperti itu. Meskipun beda, asal kita saling saying, udah cukup kok buat gue.”
                                                                                ***
Senin ini banyak banget pasangan kekasih yang jalan –jalan ke Mal. Mereka nonton, makan, foto boks terus pulang. Selalu seperti itu rutinitas pacaran anak sekolah. Leya yang lagi ke Mal sendirian, mengamati tiap pasangan yang kebetulan mampir di took buku, sama sepertinya. Mereka pada gandengan tangan, si cowok membelai rambut ceweknya, mereka juga ketawa bareng saat baca komik lucu. Bahkan Leya melihat, ada cowok yang curi-curi kesempatan buat nyium pipi ceweknya!
Beda sama Jeddy. Jeddy nggak bakalan nyium dia di depan umum. Paling banter juga Jeddy megang tangan-nya. Leya jadi ngelamun. Sepertinya kata-kata Anggi benar. Selama ini Jeddy gak pernah nunjukkin tanda cintanya di depan umum. Pikiran Leya mulai kacau oleh omongan Anggi. Dia membatalkan niatnya untuk mencari novel baru yang keren. Dia hentakkan kakinya saat melewati pasangan-pasangan yang lagi asyik mesra-mesraan.
                                                                                ***
“Nggi, kalo gue pikir-pikir, omongan lo tempo hari ada benernya juga. Selama ini Jeddy nggak pernah nunjukkin cintanya kalo kita lagi di depan umum. Dia baru nunjukkin cintanya kalo kita pas berduaan. Pertama sih gue fine-fine aja, tapi kalo dipikir-pikir sekarang…gue jadi sebel sama Jeddy,” Leya langsung curhat keesokan harinya.
“Nah, kan, apa kata gue! Kalian tuh terlalu banyak cuek. Masa gaya pacaran kalian seperti itu? Orang yang ngeliat, pasti nggak bakalan tau kalo kalian lagi pacaran.”
“Terus, gue mesti gimana? Gue bilang Jeddy? Nggak mau, ah. Jeddy paling sebel disuruh romantic di depan umum. Norak katanya.” Lalu Anggi membisikkan sesuatu ke Leya. Leya manggut-manggut dan tersenyum puas.
                                                                               ***
Sabtu ini Leya dan Jeddy pergi ke café seperti biasa. Dan seperti biasa pula, Leya asyik baca novel dan Jeddy asyik main game di hp-nya. Sejenak Leya teringat kata-kata Anggi. Ingin dia lakukan saran Anggi tapi…tangan kiri Jeddy tiba-tiba menggenggam erat tangan kanan Leya. Erat banget. Seolah Jeddy ingin bilang, aku sayang kamu, jangan pernah tinggalin aku. Leya jadi mengurungkan niatnya. Semua saran Anggi hilang dalam sekejap.
Ditolehnya Jeddy yang masih asyik main game, Tak lama Jeddy pun menoleh padanya. Dengan tangan kanan yang masih memegang hp, Jeddy terus memandangi Leya. Pandangan mata Jeddy meluluhkan hati Leya. Tak dipikirkannya lagi tentang pasangan-pasangan yang lagi mesra-mesranya di sekitar mereka. Mata Jeddy seolah menyuruhnya untuk melupakan semua peristiwa di sekitar mereka.
Lalu Leya sadar. Jeddy nggak perlu menunjukkan tanda cintanya di depan umum, kalau memang dia nggak mau. Cukup Leya saja yang merasakan tanda cintanya. Leya tersenyum menyambut genggaman Jeddy. Lalu keduanya kembai sibuk dengan novel dan game masing-masing seperti biasa. ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar